Kecewa...sudah
hal yang biasa buatku. Namun, sekalipun itu hal yang biasa bagi seluruh orang di
dunia, kecewa tetaplah kecewa. Kecewa tetaplah menyakitkan...
Sore itu,
kala aku dikecewakan oleh sesuatu yang
menolakku. Ada seseorang datang dari masa lalu, begitu cepat hingga aku tak
tahu bagaimana caranya dia muncul di hadapanku. Aku hanya tahu dia bukanlah
seseorang yang aku harapkan, sama sekali bukanlah seseorang yang aku inginkan.
Bintang malam
yang tertutup awan ditemani rintik hujan, begitu dingin. Dua orang berjalan
bersama, entah apa yang mereka pikirkan. Mereka terus berjalan tak menghiraukan
dingin yang semakin membalut tulang. Bukan suatu perbincangan yang penting,
hanya saja mereka terus bercakap-cakap tak peduli kiri dan kanan.
Perjalanan
panjang namun tak melelahkan. Entah keajaiban apa yang terjadi pada diriku
waktu itu. Semua masalahku, keluh kesahku, sedihku bergangti menjadi ria. Aku bertemu
sesuatu yang dulu ku benci, namun sekarang dia menjadi sesuatu yang ku namai
bintang.
Bintang tetaplah
bintang, selamanya dia akan berada di langit. Dia selalu berada jauh dan takkan
bisa ku capai apa lagi ku miliki. Aku hanya bisa menatap dan cemburu pada
langit yang selalu memiliki bintang. Ya...aku cemburu! Apa hebatnya langit? Dia
memiliki banyak bintang, mengapa dia tak membiarkan aku memiliki satu bintang
yang sekarang sedang ku rindukan? Aku pun bisa menjaga bintang itu, mengapa
langit tak membiarkanku?
Aku dan
keegoisanku kecewa pada bintang yang tak berbuat apa-apa terhadap langit. Aku ingin
bintang menemuiku. Hanya dengan mengatakan tak pernah dia merindukan langit
sudah cukup bagiku. Haruskah ku teriakkan inginku ini? Begitu jauh kah kita
hingga kamu tak mengerti mauku?