Kaus kaki belang-belang, kalung
permen, topi, bentakan-bentakan senior, nametag,
mengelilingi kampus dengan nyanyian-nyanyian, dan lain-lain. Hal-hal ini
identik dengan pelaksanaan ospek. Ospek yang seharusnya berbau positif yaitu
untuk pengenalan mahasiswa baru dengan seniornya serta untuk pengenalan
mahasiswa baru dengan lingkungan kampusnya sekarang berubah menadi “sarang badut’’.
Banyak kalangan yang ‘’ngeles’’ dengan menyebutkan bahwa semua perkakas
tersebut diadakan demi membangun kekompakan dikalangan mahasiswa baru dan hal
ini harus dilaksanakan karna memang sudah tradisi.
Pihak unversitas harusnya
meninjau ulang yang kita sebut tradisi ini, kita boleh meneruskan tradisi tapi
hendaknya sebagai mahluk yang berpikir kita harus memilah tradisi mana yang
sesuai untuk kita lanjutkan. Jika memang tradisi seperti ini lebih banyak
menimbulkan masalah, apa salahnya kita menghapusnya dan membuat tradisi yang
lebih membangun.
Ingat, dunia kampus adalah ajang
untuk mencari ilmu dan mendewasakan diri bukan ajang untuk balas-balasan.
Apa dengan mengadakan ospek yang
seperti ini misi untuk mendekatkan senior dan junior tercapai? Bukannya hal ini
justru akan memberi tekanan batin tersendiri pada setiap mahasiswa baru?
Jadi, apakah ospek akan berdampak positif atau
negatif?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar