Jumat, 13 Desember 2013

Ingin Sekali

Sebuah kisah sebahagia atau bahkan sepahit apapun pasti memiliki tempat tersendiri di hati kita. Sebuah kisah akan selalu berada pada tempatnya, takkan terhapus bahkan oleh waktu sekalipun. Kisah selalu menjadi hal yang abadi, ia tetap ada, akan selalu ada.

Aku tak tahu apakah dia masih mengenangku seperti waktu dulu, yang aku tahu bahwa saat malam itu melihatnya ada perasaan janggal di hatiku. Kediamannya, atau bolehkah aku sebut kebisuannya? Ya, aku pikir lebih baik aku sebut dia bisu agar berkurang sedikit rasa sakit di hati ini. Dia yang bisu itu masih saja bisu hingga kini. Ingin sekali menuntut sebuah penjelasan, tapi apalah gunanya.

Aku masih saja tak mengerti akan sikapnya ini. Kalau pun dia tidak berniat menjelaskan apa-apa, minimal jangan diamkan aku, banyak hal yang bisa dijadikan bahan pembicaraan. Kalau pun tak ingin membicarakan apa-apa, minimal bersikaplah biasa saja pada ku, jangan seolah-olah tak kenal, seolah-olah kita tak pernah memiliki kisah apa-apa. Bukankah kisah itu ada? Bahkan sampai sekarang kisah itu masih saja abadi. Hanya saja kisah itu sekarang bernama masa lalu.

Aku tak marah, sama sekali tak marah. Andai saja ada sedikit senyuman darinya, akan aku balas dengan tawa yang lebar. Aku tak lagi sedih, aku hanya bingung. Aku tak tahu harus bagaimana lagi menatapnya. Aku berusaha tak peduli, tapi selalu peduli. Ah!

Ingin sekali aku bertanya lagi, “Salahku apa?” tapi sepertinya dia sudah bosan dengan pertanyaan ini dan aku pun sudah bosan tidak mendapat jawaban.

Rabu, 11 Desember 2013

Tiba-tiba

TIBA-TIBA

Tugasku sungguh banyak. Menjelang UAS, seperti biasa kami dituntut oleh berbagai jenis tugas dari berbagai jenis mata kuliah dan dari berbagai jenis dosen yang sangat hobi memberi tugas tiba-tiba. Rasanya ingin cepat-cepat mengakhiri semua tugas-tugas yang sudah menumpuk ini dan segera merebahkan diri di atas kasur yang selalu menjadi sahabat sejatiku. Pikiranku dipenuhi dengan kata tugas, tugas dan tugas, tapi bukan hanya ini yang meyibukkanku sekarang.

Bayangkan, di tengah-tengah proses penyelesaian tugas yang sungguh melelahkan ini, tiba-tiba hatiku merayu pikiranku untuk memikirkan ini semuahal yang sebenarnya tidak perlu aku pikirkan. Akhirnya pikiranku ikut membujuk tanganku agar mau membantu menuliskan kolaborasi antara apa yang hatiku sedang rasakan dengan apa yang otakku sedang pikirkan. Maka, terjadilah tulisan initulisan yang aku harap akan dibaca oleh yang tepat.

Bukan satu atau dua kali aku terlibat dalam hubungan dua insan yang sedang merasakan ajaibnya perasaan kasih sayang─boleh jadi itu disebut cinta. Sayangnya, aku belum pernah benar-benar menjadi tokoh utama dalam kisah-kisah seperti ini─aku sedang membicarakan jenis kisah yang serius, bukan jenis kisah jaman ABG. Tapi, sungguh, baru kali ini aku ikut merasa bingung yang teramat sangat melihat kisah dua orang ini. Bahkan karena terlalu bingung aku sampai melakukan hal yang aku sebut konyol─menulis sebuah tulisan di tengah-tengah kesibukan membuat tugas. Tidak hanya bingung, dalam beberapa waktu entah mengapa tiba-tiba aku merasa sedih bila mengingat sang wanita dalam kisah ini.

Perlukah aku ceritakan bagaimana kisah mereka? Sepertinya bila aku ceritakan pun kalian tak akan mengerti perasaan bingung dan sedih yang aku rasakan ini. Karena mereka saja tak mengerti apa jenis hubungan yang mempersulit mereka itu, apa lagi aku yang hanya terlibat secuil dalam hubungan mereka, apa lagi kalian yang hanya mengetahui kisah ini lewat tulisanku. Mereka saja tak mengerti, begitu juga aku, pun kalian. Jadi, aku hanya akan berkeluhkesah disini. Tak akan ada cerita dalam tulisan ini, hanya keluhan, ungkapan perasaan, boleh jadi hanya akan ada pertanyaan besar. Jadi, pertimbangkanlah lagi sebelum kalian membaca lebih jauh tulisanku ini, karena disini kalian tak akan mendapat kisah menarik, lucu, apa lagi unik. Sekali lagi, tulisan ini hanya akan berisikan tentang aku dan pemikiranku.

Menurutku, sebuah kisah tidaklah harus dijadikan rumit walau juga bukan berarti semuanya bisa disederhanakan sesuka hati. Aku hanya merasa kesal bila ada hal yang sebenarnya bisa diungkapkan namun tak pernah diungkapkan hingga menjadikan semuanya rumit. Masalah perasaan─terutama bagi seorang wanita─adalah urusan yang sensitif. Sedikit saja tersentuh langsung berdampak ke berbagai aspek hidupnya. Tidak gampang bagi seorang wanita mempercayakan hatinya pada seorang pria, hanya dari kisah yang aku lihat, begitu gampang pria ini mengacuhkan perasaan seorang wanita. Aku kesal, benar-benar kesal dengan jenis pria seperti ini.

Diam? Pasrah? Berserah? Ah! Ini hal yang paling aneh menurutku dari kisah ini. Pria ini sungguh lucu, tak punya pendirian! Tak jelas apa maunya! Tidakkah dia berpikir kalau ada seseorang yang sedang menanti kepastian dari dirinya. Rasanya ingin sekali teriak keras-keras di telinganya, “WOI BANG, KOMUNIKASIKANLAH KE KAKAK ITU. JANGAN DIAM-DIAM AJA!”

Ah..rasanya akan lega bila sudah teriak di depan pria ini seperti itu. Aku masih tak mengerti mengapa orang ini lebih memilih diam walaupun dia sudah menjelaskan berkali-kali padaku. Menurutku, diam bukanlah solusi yang terbaik. Sungguh, tak sabar rasanya melihat orang yang hanya diam seperti ini. Tindakan! Dimana-mana semua orang butuh tindakan! Sampai kapan mau diam? Sampai ada waktu yang tepat? Ah! Kapan waktu yang tepat itu? Saat wanita itu sudah pergi? Ah! Ah! Sungguh kesal dibuatnya.

Apa aku yang kurang mengerti keadaan mereka? Entahlah! Yang pasti aku sangat membenci orang yang hanya memilih diam. Siapa bilang diam itu emas? Diam itu sama artinya dengan tak menyelesaikan apa-apa. Tiba-tiba emosiku naik berkali-kali lipat melihat kisah ini. Pada hal aku hanya penonton dalam kisah ini. Mungkin karena aku terlalu menjiwai kisah ini. Atau mungkin karena aku terlalu ingin belajar dari kisah ini. Entahlah.