Sebuah kisah sebahagia atau
bahkan sepahit apapun pasti memiliki tempat tersendiri di hati kita. Sebuah kisah
akan selalu berada pada tempatnya, takkan terhapus bahkan oleh waktu sekalipun.
Kisah selalu menjadi hal yang abadi, ia tetap ada, akan selalu ada.
Aku tak tahu apakah dia masih
mengenangku seperti waktu dulu, yang aku tahu bahwa saat malam itu melihatnya
ada perasaan janggal di hatiku. Kediamannya, atau bolehkah aku sebut
kebisuannya? Ya, aku pikir lebih baik aku sebut dia bisu agar berkurang sedikit
rasa sakit di hati ini. Dia yang bisu itu masih saja bisu hingga kini. Ingin sekali
menuntut sebuah penjelasan, tapi apalah gunanya.
Aku masih saja tak mengerti akan
sikapnya ini. Kalau pun dia tidak berniat menjelaskan apa-apa, minimal jangan
diamkan aku, banyak hal yang bisa dijadikan bahan pembicaraan. Kalau pun tak
ingin membicarakan apa-apa, minimal bersikaplah biasa saja pada ku, jangan
seolah-olah tak kenal, seolah-olah kita tak pernah memiliki kisah apa-apa. Bukankah
kisah itu ada? Bahkan sampai sekarang kisah itu masih saja abadi. Hanya saja
kisah itu sekarang bernama masa lalu.
Aku tak marah, sama sekali tak
marah. Andai saja ada sedikit senyuman darinya, akan aku balas dengan tawa yang
lebar. Aku tak lagi sedih, aku hanya bingung. Aku tak tahu harus bagaimana lagi
menatapnya. Aku berusaha tak peduli, tapi selalu peduli. Ah!
Ingin sekali aku bertanya lagi, “Salahku apa?” tapi
sepertinya dia sudah bosan dengan pertanyaan ini dan aku pun sudah bosan tidak
mendapat jawaban.