TIBA-TIBA
Tugasku
sungguh banyak. Menjelang UAS, seperti biasa kami dituntut oleh berbagai jenis
tugas dari berbagai jenis mata kuliah dan dari berbagai jenis dosen yang sangat
hobi memberi tugas tiba-tiba. Rasanya ingin cepat-cepat mengakhiri semua
tugas-tugas yang sudah menumpuk ini dan segera merebahkan diri di atas kasur
yang selalu menjadi sahabat sejatiku. Pikiranku dipenuhi dengan kata tugas,
tugas dan tugas, tapi bukan hanya ini yang meyibukkanku sekarang.
Bayangkan,
di tengah-tengah proses penyelesaian tugas yang sungguh melelahkan ini,
tiba-tiba hatiku merayu pikiranku untuk memikirkan ini semua─hal yang sebenarnya tidak perlu aku
pikirkan. Akhirnya pikiranku ikut membujuk tanganku agar mau membantu
menuliskan kolaborasi antara apa yang hatiku sedang rasakan dengan apa yang
otakku sedang pikirkan. Maka, terjadilah tulisan ini─tulisan yang aku harap akan dibaca oleh
yang tepat.
Bukan
satu atau dua kali aku terlibat dalam hubungan dua insan yang sedang merasakan
ajaibnya perasaan kasih sayang─boleh jadi itu disebut cinta. Sayangnya, aku
belum pernah benar-benar menjadi tokoh utama dalam kisah-kisah seperti ini─aku
sedang membicarakan jenis kisah yang serius, bukan jenis kisah jaman ABG. Tapi,
sungguh, baru kali ini aku ikut merasa bingung yang teramat sangat melihat
kisah dua orang ini. Bahkan karena terlalu bingung aku sampai melakukan hal yang
aku sebut konyol─menulis sebuah tulisan di tengah-tengah kesibukan membuat
tugas. Tidak hanya bingung, dalam beberapa waktu entah mengapa tiba-tiba aku
merasa sedih bila mengingat sang wanita dalam kisah ini.
Perlukah
aku ceritakan bagaimana kisah mereka? Sepertinya bila aku ceritakan pun kalian
tak akan mengerti perasaan bingung dan sedih yang aku rasakan ini. Karena
mereka saja tak mengerti apa jenis hubungan yang mempersulit mereka itu, apa
lagi aku yang hanya terlibat secuil dalam hubungan mereka, apa lagi kalian yang
hanya mengetahui kisah ini lewat tulisanku. Mereka saja tak mengerti, begitu
juga aku, pun kalian. Jadi, aku hanya akan berkeluhkesah disini. Tak akan ada
cerita dalam tulisan ini, hanya keluhan, ungkapan perasaan, boleh jadi hanya
akan ada pertanyaan besar. Jadi, pertimbangkanlah lagi sebelum kalian membaca
lebih jauh tulisanku ini, karena disini kalian tak akan mendapat kisah menarik,
lucu, apa lagi unik. Sekali lagi, tulisan ini hanya akan berisikan tentang aku
dan pemikiranku.
Menurutku,
sebuah kisah tidaklah harus dijadikan rumit walau juga bukan berarti semuanya
bisa disederhanakan sesuka hati. Aku hanya merasa kesal bila ada hal yang
sebenarnya bisa diungkapkan namun tak pernah diungkapkan hingga menjadikan
semuanya rumit. Masalah perasaan─terutama bagi seorang wanita─adalah urusan
yang sensitif. Sedikit saja tersentuh langsung berdampak ke berbagai aspek
hidupnya. Tidak gampang bagi seorang wanita mempercayakan hatinya pada seorang
pria, hanya dari kisah yang aku lihat, begitu gampang pria ini mengacuhkan
perasaan seorang wanita. Aku kesal, benar-benar kesal dengan jenis pria seperti
ini.
Diam?
Pasrah? Berserah? Ah! Ini hal yang paling aneh menurutku dari kisah ini. Pria ini
sungguh lucu, tak punya pendirian! Tak jelas apa maunya! Tidakkah dia berpikir
kalau ada seseorang yang sedang menanti kepastian dari dirinya. Rasanya ingin
sekali teriak keras-keras di telinganya, “WOI BANG, KOMUNIKASIKANLAH KE KAKAK
ITU. JANGAN DIAM-DIAM AJA!”
Ah..rasanya
akan lega bila sudah teriak di depan pria ini seperti itu. Aku masih tak
mengerti mengapa orang ini lebih memilih diam walaupun dia sudah menjelaskan
berkali-kali padaku. Menurutku, diam bukanlah solusi yang terbaik. Sungguh, tak
sabar rasanya melihat orang yang hanya diam seperti ini. Tindakan! Dimana-mana
semua orang butuh tindakan! Sampai kapan mau diam? Sampai ada waktu yang tepat?
Ah! Kapan waktu yang tepat itu? Saat wanita itu sudah pergi? Ah! Ah! Sungguh
kesal dibuatnya.
Apa
aku yang kurang mengerti keadaan mereka? Entahlah! Yang pasti aku sangat
membenci orang yang hanya memilih diam. Siapa bilang diam itu emas? Diam itu
sama artinya dengan tak menyelesaikan apa-apa. Tiba-tiba emosiku naik
berkali-kali lipat melihat kisah ini. Pada hal aku hanya penonton dalam kisah
ini. Mungkin karena aku terlalu menjiwai kisah ini. Atau mungkin karena aku
terlalu ingin belajar dari kisah ini. Entahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar