Senin, 15 April 2013

Rahasia Bintang ^o^

Ku petik bintang untuk kau simpan
Cahayanya tenang berikan kau perlindungan
Sebagai pengingat teman dan juga sebagai jawaban semua tantangan
–Sheila on 7

Aku hanya seorang gadis pengagum bintang. Merasa bintang itu anggun dan tak pernah jemu aku memandangnya. Andai setiap malam dapat ku lihat sosoknya yang elok, andai setiap malam bisa ku raih dan ku taruh dia di dekatku, andai aku dan dia bisa selalu bergandengan di atas langit.

Suatu hari aku bertemu sebuah bintang. Terang namun tak menyilaukan dan tenang namun tak membosankan. Jelas bukan langitnya yang indah, kali ini bintang yang menjadi pemeran utama. Sebuah bahan sempurna untuk dirindukan, kamu bintang.

Tahukah kamu...aku menemukan sebuah bintang, harta karun yang akan ku jadikan rahasia.



Rabu, 10 April 2013

The Stoning of Soraya M




How can you do this to me?
I’m your neighbor...your mother...your daughter...your wife...
How can you do this to anybody?

“The Stoning of Soraya M”, sebuah film yang berkisah tentang seorang wanita—perasaannya, kesakitannya, amarahnya, ketegarannya, sedihnya, harga dirinya dan perjuangannya. Dia adalah wanita bagi negerinya, anak bagi ayahnya, istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya ketika hukuman itu harus menimpanya.

Banyak hal dalam film ini yang aku yakin dapat membuat kalian—para wanita bahkan laki-laki—meneteskan air mata. Tentu saja bukan hanya kesedihan, pelajaran moralnya yang menjadikan film ini serasa sempurna.

Diangkat dari kisah nyata, kehidupan seorang wanita negeri Iran. Cyrus Nowrasteh, sang sutradara berhasil membawaku masuk ke dalam sebuah perasaan yang entah bagaimana caraku untuk menamai perasaan itu. Aku dibuat marah, haru, benci, sakit dan masih banyak lagi. Hatiku seperti diaduk-aduk saat menyaksikan semua yang terjadi pada wanita ini.

Berkisah tentang Soraya, ibu 4 orang anak yang memiliki suami bejat. Berawal dari nafsu sang suami yang ingin menikahi seorang gadis 14 tahun sehingga membuatnya ingin mengakhiri perjalanan rumah tangga bersama Soraya. Pertama kali sang suami melakukan jalur persuasif, melalui Sheik Hassan, Soraya dibujuk agar menceraikan suaminya setelah itu menikah dengan dirinya. Namun Soraya menolak karena memikirkan nasib anak-anaknya nanti. Kehabisan akal, sang suami pun memutuskan untuk memfitnah Soraya melakukan zinah degan Hashem, seorang duda di negeri itu. Akhirnya Ebrahim, pimpinan adat mereka memutuskan untuk menghukum Soraya sesuai dengan ajaran Islam, yaitu hukum rajam.

Don't act like the hypocrite
Who thinks he can conceal his wiles
While loudly quoting the Koran
-Hafez, 14th Century Iranian Poet

Tidak bisa berbuat apa-apa, Soraya hanya mampu pasrah karena pembelaan yang dilakukannya sia-sia. Zahra, bibi Soraya telah berusaha sekuat mungkin agar Ebrahim membatalkan hukuman tersebut. Namun, mereka—suami Soraya dan Sheik Hassan—mengatasnamakan keadilan hukum dalam Islam sehingga Soraya memang harus dirajam.

Fim ini menyadarkanku tentang ketidakadilan, dimana seorang wanita sangat rentan untuk dinyatakan bersalah walau dengan pembuktian yang tidak kuat. Dosa—ditekankan pada zinah—adalah satu kata yang sangat sering dikaitkan dengan wanita. “Seorang pria tidak mungkin melakukan zinah bila bukan si wanita yang memulai”, setidaknya inilah bentuk pembelaan yang sering dilakukan orang-orang diluar sana.


Aku ingat betul saat suami Soraya memukulinya dijalanan sambil meneriaki Soraya dengan sebutan “perempuan jalang”. Tidak satupun diantara orang-orang itu—masyarakat yang menyaksikan—yang menolong atau hanya sekadar menghentikan perbuatan sang suami sampai akhirnya Zahra datang dan berusaha membawa Soraya pulang. Dihadapan Ebrahim, dengan sangat yakin Soraya membatah tuduhan zinah atas dirinya, namun tak satupun dari kata-kata Soraya yang dipercayai Ebrahim.

Ebrahim hanya mampu mempercayai segala fitnah tersebut karena Soraya tidak memiliki saksi untuk membuktikan dia tidak bersalah. Satu lagi pelajaran yang aku ambil dalam film ini, bahwa seorang pemimpin janganlah mengambil keputusan dengan hanya melihat apa lagi hanya mendengar sebuah kejadian. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin adalah perpanjangan tangan Tuhan sehingga keputusan itu mestinya diambil sesuai dengan apa yang Tuhan sampaikan padanya.

Dalam film ini, sebenarnya Ebrahim ragu akan keputusan yang telah di ambil. Saat Ebrahim benar-benar akan menjatuhkan hukuman rajam pada Soraya, dia berdoa, “Tuhan bila keputusan yang aku ambil ini salah, tolong beri aku pertanda.” Saat hukuman rajam itu akan berlangsung, sebenarnya Tuhan menjawab doa Ebrahim. Banyak pertanda untuknya, pertama, datang sebuah grup sirkus saat Soraya akan mulai dilempari batu. Kedua, saat ayah Soraya—orang yang pertama kali harus melemparkan batu pada Soraya—melemparkan batu ke arah Soraya, satu batu pun tidak ada yang mengenai Soraya. Sampai disini Ebrahim masih belum peka juga terhadap tanda yang Tuhan beri. Sampai akhirnya ad seorang wanita yang berbicara lantang, “Tidakkah kau lihat itu Ebrahim? Itu pertanda dari Tuhan bahwa Soraya tidak bersalah.” Namun Ebrahim tetap tidak mengacuhkan pertanda itu, ia terus mempertahankan keputusan yang diambilnya hanya melalui apa yang dilihat dan didengarnya tadi.

Hal seperti ini sering terjadi pada manusia. Saat dia meminta sesuatu pada Tuhan, sebenarnya Tuhan telah memberi apa yang manusia itu pinta, hanya saja manusialah yang sering tidak peka terhadap pemberian Tuhan.

Yang membuatku meneteskan air mata pertama kali dalam film ini adalah ketika Zahra berusaha mendamaikan hati Soraya yang sedang berhadapan dengan maut di depan mata. Aku ingat perkataan Soraya yang kira-kira begini, “Aku tidak akan menangis untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah.” Seorang wanita yang tegar dan kuat.

Saat Soraya akan delimpari oleh batu, aku seperti dibawa masuk kedalam kehidupannya. Film ini sungguh berhasil menguras emosiku. Tatapan mata Soraya seperti mengisyaratkan bahwa bukan kesakitan fisik yang sedang ia hadapi, tapi batinnya yang terluka. Bagaimana mungkin seorang ayah tidak mempercayai anak perempuannya sendiri dan akan segera melemparkan batu pada anaknya. Bagaimana mungkin seorang suami memfitnah istrinya sendiri hanya demi menikahi gadis 14 tahun. Bagaimana mungkin anak laki-lakinya tega melihat maut yang akan menjemput ibu yang melahirkannya bahkan ia melibatkan diri dalam kematian itu. Tak bisa aku bayangkan perasaan seperti apa yang membunuh Soraya waktu itu.

Menurutku film ini bukan mengajarkan tentang ajaran suatu agama tertentu, film ini mengajarkan bagaimana manusia menyalahi ajaran agama dengan memanfaatkan ajaran itu demi kepentingannya. 

Kisah yang sangat menarik dan layak diketahui oleh dunia.





Senin, 08 April 2013

Cara Tuhan


Malam ini saya teringat sebuah film yang sebenarnya sudah lama saya tonton, berjudul “Nuh New York”. Kira-kira dalam film tersebut dikatakan begini, “Saat orang berdoa meminta kesabaran, apa Tuhan akan memberi mereka kesabaran atau memeberi mereka peluang untuk menjadi sabar?” Dari kata-kata ini saya berkesimpulan bahwa Tuhan tidak memberi sesuatu yang instan pada umat-Nya, Ia mau saya (kita) belajar dari cara-cara spesial yang Dia berikan.
Baru-baru ini saya berbincang-bincang dengan salah seorang kakak senior. Dari hasil perbincangan itu saya menjadi paham bahwa hanya orang lemah yang mengharapkan mujizat turun, tetapi orang yang kuat biasanya akan lebih menginginkan sebuah proses dalam mendapatkan suatu pencapaian yang dia mau. Tuhan tidak ingin saya (kita) menjadi manja, Dia ingin saya (kita) menjadi orang yang kuat dan tahan banting, karena itu Ia membiarkan kita menikmati proses dalam pencapaian keinginan kita.
Hal ini terasa betul dalam hidup saya pada saat sekarang ini. Dalam setiap doa saya selalu meminta agar Tuhan merombak karakter saya dan menjadikan saya orang yang dewasa. Selama ini saya adalah orang yang kekanak-kanakan, memiliki emosi yang kurang stabil dan sulit menjadi sabar. Namun sekarang saya diperhadapkan dengan seorang teman yang memiliki karakter hampir sama dengan yang saya miliki. Sehingga saat saya berhadapan dengan dia, saya merasa seperti sedang bercermin. 
Saya sungguh bersyukur dipertemukan dengan teman yang seperti ini. Karena melaui dia saya menjadi belajar memahami perasaan orang lain saat berhadapan dengan sifat buruk yang saya miliki selama ini. Melalui dia juga saya menjadi belajar untuk mengubah karakter saya sedikit demi sedikit ke arah yang lebih baik.
Saat kita berdoa meminta sesuatu, Tuhan memang tidak akan memberikan langsung secara gamblang. Tuhan ingin agar kita menikmati proses dalam meraih apa yang kita minta itu. :)

Minggu, 07 April 2013

Mati!


Bukan ragaku yang sakit tapi hati ini yang hampir mati
Rasa bingung ini kemana harus ku adukan?
Aku sendiri, merasa sendiri
Mereka ada tapi tak pernah tampak, tak pernah mengerti
Mereka hanya sebatas bayang-bayang yang selalu menuntutku menjadi sempurna
Aku hanya orang biasa yang tak mampu berpikir lebih dari ini
Aku butuh diajari bukan dimarahi
Bukan karena aku tak ingin mendengar mereka
Tapi hati ini sudah tak sanggup menampung tiap kata yang mereka hamburkan
Terkadang mereka muncul hanya sekadar untuk menjatuhkan
Dan saat aku butuh untuk dibangkitkan...
Mereka hilang!
Pergi saja!
Lebih baik aku sendiri!
Biarkan aku sendiri!


Sabtu, 06 April 2013

Tentang Kamu


Ada seseorang disini, kini sedang mengacak-acak hatiku
Bukan karena dia hebat bisa menemukan celah kosong di hati ini
Bukan karena dia memiliki sesuatu yang bisa membuat jantungku berdebar seperti saat bersamamu
Bukan karena dia hadir sebagai satu-satunya orang yang aku inginkan
Tapi karena kebetulan dia mempertemukanku dengan kenangan masa lalu saat bersamamu
Aku bersama dia tapi bukan tentang kami
Bagiku ini semua masih tentangmu
Ahh...apa salah dirinya sampai ku jadikan dia tempatku untuk melihat dirimu?
Andai saja dia adalah kamu


Rabu, 03 April 2013

Bintang


Dulu kita pernah bersama menatap bintang di bawah langit yang berbeda
Tidakkah kau lihat kini banyak bintang terserak di langit sana, sama seperti waktu dulu ketika kita menatapnya bersama
Bintang-bintang itu kini menatap ku sinis, seolah-olah aku tak pantas lagi menikmati keindahannya
Apa kabarmu?
Apa masih sama seperti dulu, waktu pertama kali kau menatapku?
Apa masih sama seperti dulu, waktu pertama kali kau runtuhkan penjagaan hatiku?
Mungkin sudah berbeda, kau dan duniamu
Kini aku bukan lagi menjadi bagian dari setiap langkah yang kau goreskan
Jauh...