Jumat, 17 Agustus 2012

Serupa ini...


Seorang pria berseragam merah menatap ke arah ku. Seperti biasa, aku hanya diam seolah tidak mengerti tatapannya. Pelan-pelan, sangat pelan dia mendekat. Ku sambut dingin dan menatap sinis. Dia belum menyerah, terus berjalan ke arah ku tanpa henti walau langkahnya pelan, bahkan sangat pelan. Mulai ku perhatikan dan sepertinya dia pria baik. “Tidak, tunggu dulu. Semua pria sama, tidak ada yang baik.” Pikirku. Sekarang dia mulai mengajak ku berbicara. “Dia aneh.” Kata ku dalam hati. Aku hanya diam tapi sebenarnya aku sedang menikmati keanehannya. Aku merasa nyaman.

Aku mencoba sebisa mungkin mengakrabkan diri dengannya, dan selalu gagal. Ada yang salah, tapi apa? Ku ikuti saja alur ini dan mungkin aku akan menemukan yang salah itu. Semakin hari ia semakin jauh memasuki kehidupanku. Ini bukan pertemuan biasa, aku merasakannya. Langkahnya yang pelan terus mendorongku untuk mengijinkannya masuk. “Tunggu dulu.” Kata ku. “Semua pria sama, tidak ada yang baik.” Dia diam, tapi belum berhenti. Sekarang aku mulai berpikir kalau mungkin dia berbeda. Bisa saja dia seorang pria baik diantara banyak yang jahat. Tapi aku masih berjaga-jaga seandainya nanti dia tiba-tiba menyakiti ku.

Aku masih di alur yang sama. Aku pun masih sama dengan kesinisan ku itu. “Bukan sayang, bukan sinis. Aku hanya takut kalau-kalau nanti harus mendapatkan rasa sakit dari mu jika aku terlalu jauh membiarkan diri ku ada bersama kasih sayang mu.” Betapa ingin ku utarakan kalimat ini padanya.

Lagi-lagi aku masih di alur yang sama. Tidak, sekarang aku sedikit berbelok. Langkah pelannya itu meruntuhkan penjagaanku. Mestinya aku masih berada di alur yang sama. Tanpa ku sadari aku sekarang benar-benar merasa nyaman dengan langkahnya. Sungguh, aku ingin dia terus melangkah ke arah ku.

Tapi dia mulai letih. Langkah pelannya tiba-tiba terhenti. Jangan! Jangan! Jangan berhenti! Ku mohon! Terlambat, dia benar-benar berhenti. Bukan hanya berhenti, dia mulai berjalan mundur. Ya, dia meninggalkan ku. Rasa sesal menemani ku.

Aku masih bisa tersenyum untuk ini semua. Terimakasih untuk mu yang pernah berjalan ke arah ku dengan langkah pelan mu. Terimakasih untuk mu yang pernah menemani ku menjalani jahatnya dunia. Terimakasih untuk mu yang pernah mengenalkan ku pada ketulusan rasa mu. Terimakasih untuk mu yang pernah memberiku bahagia dan sakit yang sekarang sedang ku nikmati. Ya, aku masih bisa tersenyum untuk ini semua.

2 komentar: