Seorang pria berseragam merah menatap
ke arah ku. Seperti biasa, aku hanya diam seolah tidak mengerti tatapannya.
Pelan-pelan, sangat pelan dia mendekat. Ku sambut dingin dan menatap sinis. Dia
belum menyerah, terus berjalan ke arah ku tanpa henti walau langkahnya pelan,
bahkan sangat pelan. Mulai ku perhatikan dan sepertinya dia pria baik. “Tidak,
tunggu dulu. Semua pria sama, tidak ada yang baik.” Pikirku. Sekarang dia mulai
mengajak ku berbicara. “Dia aneh.” Kata ku dalam hati. Aku hanya diam tapi
sebenarnya aku sedang menikmati keanehannya. Aku merasa nyaman.
Aku mencoba sebisa mungkin
mengakrabkan diri dengannya, dan selalu gagal. Ada yang salah, tapi apa? Ku
ikuti saja alur ini dan mungkin aku akan menemukan yang salah itu. Semakin hari
ia semakin jauh memasuki kehidupanku. Ini bukan pertemuan biasa, aku
merasakannya. Langkahnya yang pelan terus mendorongku untuk mengijinkannya
masuk. “Tunggu dulu.” Kata ku. “Semua pria sama, tidak ada yang baik.” Dia
diam, tapi belum berhenti. Sekarang aku mulai berpikir kalau mungkin dia
berbeda. Bisa saja dia seorang pria baik diantara banyak yang jahat. Tapi aku
masih berjaga-jaga seandainya nanti dia tiba-tiba menyakiti ku.
Aku masih di alur yang sama. Aku
pun masih sama dengan kesinisan ku itu. “Bukan sayang, bukan sinis. Aku hanya
takut kalau-kalau nanti harus mendapatkan rasa sakit dari mu jika aku terlalu
jauh membiarkan diri ku ada bersama kasih sayang mu.” Betapa ingin ku utarakan
kalimat ini padanya.
Lagi-lagi aku masih di alur yang
sama. Tidak, sekarang aku sedikit berbelok. Langkah pelannya itu meruntuhkan
penjagaanku. Mestinya aku masih berada di alur yang sama. Tanpa ku sadari aku
sekarang benar-benar merasa nyaman dengan langkahnya. Sungguh, aku ingin dia
terus melangkah ke arah ku.
Tapi dia mulai letih. Langkah
pelannya tiba-tiba terhenti. Jangan! Jangan! Jangan berhenti! Ku mohon! Terlambat,
dia benar-benar berhenti. Bukan hanya berhenti, dia mulai berjalan mundur. Ya,
dia meninggalkan ku. Rasa sesal menemani ku.
Aku masih bisa tersenyum untuk
ini semua. Terimakasih untuk mu yang pernah berjalan ke arah ku dengan langkah
pelan mu. Terimakasih untuk mu yang pernah menemani ku menjalani jahatnya
dunia. Terimakasih untuk mu yang pernah mengenalkan ku pada ketulusan rasa mu.
Terimakasih untuk mu yang pernah memberiku bahagia dan sakit yang sekarang
sedang ku nikmati. Ya, aku masih bisa tersenyum untuk ini semua.
curhat?
BalasHapusenggak..ini cerita ;)
BalasHapus