Eca gadis mungil berumur 3 tahun nan
lincah sering bermain kesana-kemari menikmati dunia kanak-kanaknya. Seperti
anak kecil lainnya, ia menikmati tiap detik waktu yang didapatkannya dengan
riang. Ibunya mempunyai peran yang penting dalam masa kanak-kanak Eca.
Mengawasi, melindungi dan menenangkan senantiasa menjadi tugas rutin sang ibu.
Suatu ketika saat asik bermain, Eca
melirik sebilah pisau dan berniat untuk memainkannya. Dengan polos ia mengambil
pisau tersebut dan memegangnya. Saat itu juga ibunya dengan sigap mengambil
kembali pisau tersebut dari tangan Eca, halhasil Eca menangis karena merasa
ibunya telah merebut mainan baru miliknya. Eca akhirnya merajuk.
Untuk beberapa waktu Eca tidak mau
menegur ibunya. Sang ibu datang kepadanya dan membujuk Eca agar tidak merajuk
lagi. Setelah lama dibujuk, Eca akhirnya memutuskan untuk kembali kepelukan
kasih ibu.
Kita sering merasa apa yang kita
inginkan atau senangi adalah suatu hal yang baik dan pantas untuk kita
dapatkan. Seperti Eca, terkadang kita tidak tahu bahwa justru hal yang kita
inginkan tersebut bisa saja menyakiti bahkan membunuh kita. Biasanya kita akan
kokoh dengan keinginan hati dan mencari cara agar kita mendapatkan hal
tersebut. Kita akan berdoa dan meminta agar apa yang kita mau dikabulkan.
Ketika permintaan kita dalam doa tidak dikabulkan, bagaimana respon kita?
Hari itu aku pernah berdoa, “Ya, Bapa
aku meminta pada-Mu.” Setiap hari aku minta, minta, dan minta. Sampai pada
akhirnya aku tahu permintaanku tidak dikabulkan. Aku kecewa. Aku merasa itu
bukan permintaan yang buruk, tapi mengapa tidak dikabulkan?
Aku putuskan untuk berhenti berdoa.
“Aku lelah meminta.”, keluhku dalam hati. Aku merajuk sama seperti Eca. Hari
demi hari aku lewati tanpa relasi dengan-Nya, aku seperti preman yang berjalan
tegap seolah-olah apapun mampu aku hadapi sendiri. Ternyata aku menjadi jauh
lebih lelah. Aku mulai berpikir, “Apa yang sedang aku lakukan ini? Mana mungkin
aku mampu melangkah tanpa Dia.”
Aku diingatkan, apa yang aku minta
pastilah bukan yang terbaik untukku. Aku memang kecewa namun aku juga sadar
Tuhan lebih tahu apa yang pantas untukku. Seperti ibu Eca yang selalu
melindunginya, seperti itu juga Tuhan menjaga kita. Tuhan tahu kita menyukai
hal tersebut, tapi Ia juga tahu bahwa hal itu tidak baik untuk kita, maka Ia
menjauhkannya dari kita.
Merajuk seperti Eca mungkin sering kita
lakukan di hadapan Tuhan. Tapi Ia selalu merangkul kita kembali, memeluk dan
mengasihi kita. Tidak ada pilihan karena kita memang harus datang
kepelukan-Nya. Dia dan hanya Dia yang mampu memenuhi segala hal yang kita
butuhkan, mampukah bila kita terlalu lama merajuk pada-Nya?
Eca pada kisah hidupnya yang lain,
sering merajuk pada sang ibu. Namun dengan kasih, ibunya selalu bahkan
berkali-kali merayu Eca agar tidak merajuk lagi. Akhirnya Eca juga harus
merobohkan keras kepalanya ketika ia butuh disuapi makanan oleh ibunya. Kita
bisa melihat, bahwa Eca yang berumur 3 tahun ini sadar kalau ia membutuhkan
ibunya dan tidak sanggup bila harus berlama-lama merajuk karena segala hal yang
Eca butuhkan ada pada ibunya.
Tuhan senantiasa akan membujuk kita
kembali agar datang ke pelukan kasih-Nya. Kita harus mendatangi pelukan itu,
karena kita akan merasa lapar bila tidak datang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar