Senin, 26 November 2012

Bebaskan Palestina, Apa Kabar Indonesia?

Minggu, 25 November 2012 dilaksanakan aksi oleh sekelompok pemuda-pemudi di kota Padang dalam rangka menggalang bantuan untuk rakyat Palestina. “Save Palestina, hancurkan Israel”, demikian yel-yel yang mereka teriakan dengan penuh semangat. Dibawah terik matahari yang sangat menyengat, siang itu berawal dari GOR Agus Salim sekelompok pemuda-pemudi ini berjalan hingga Mesjid Nurul Iman. Tidak sekedar menyuarakan kebebasan Palestina, para pelaku aksi ini juga menggalang dana ke beberapa kendaraan yang sedang berhenti karena jalannya terhalang oleh aksi tersebut. Selain itu mereka juga mengenakan beberapa atribut dalam melancarkan aksi seperti menjunjung bendera Palestina, membawa papan-papan tulisan berisi suara-suara empati pada Palestina, serta atribut-atribut lainnya yang melambangkan dukungan terhadap negeri yang sedang dilanda konflik itu.
Sungguh suatu perbuatan baik yang menunjukan betapa pedulinya pemuda-pemudi Indonesia terhadap penderitaan yang sedang terjadi di Palestina. Hati siapa yang tidak tergugah melihat kejadian di negeri itu? Mulai dari orang dewasa bahkan anak-anak tak berdosa terpaksa menjadi korban karena perang yang tak kunjung berhenti. Ledakan bom terus terjadi, serangan balas-balasan tak henti dilakukan. Satu pihak pun tidak ada yang mau mengalah demi mewujudkan perdamaian. Bisa kita bayangkan apa yang harus dirasakan warga Palestina. Semua kegiatan mereka pastilah dihantui oleh perasaan cemas. Anak-anak tak bebas bermain, para wanita menangis melihat darah berserakan dimana-mana , para suami terpaksa meninggalkan keluarga demi membela tanah airnya. Tragis memang.
Melakukan suatu aksi adalah salah satu sarana yang tepat untuk menyalurkan bentuk kepedulian kita terhadap penderitaan rakyat Palestina. Kita patut memberikan pujian pada tindakan-tindakan seperti ini. Apa lagi jika kita melihat kondisi rakyat Indonesia yang semakin hari semakin sarat akan rasa peduli. Kita bisa perhatikan bahwa masyarakat Indonesia sekarang lebih bersifat individual hingga jarang kita temukan wujud kepedulian pada sesama. Tetapi pemuda-pemudi kota Padang ini telah berhasil membuktikan kepada kita bahwa rasa kepedulian itu masih ada.
Aksi yang dilakukan oleh sekelompok pemuda ini sepertinya juga mendapat perhatian dari pihak pemerintah, terbukti dari keterlibatan aparat kepolisian dalam mengamankan jalannya aksi tersebut. Ternyata pemerintah juga menunjukan rasa pedulinya terhadap rakyat Palestina yang jauh disana. Yang menjadi pertanyaan, kapan waktunya kita peduli terhadap permasalahan bangsa kita sendiri yang jelas-jelas ada di depan mata?
Tidak salah bahkan sangat dibenarkan bila kita berempati terhadap sahabat yang sedang kesulitan. Namun, apakah tidak lebih baik bila kita memberikan empati minimal dengan porsi yang sama terhadap saudara kandung sendiri?
Palestina adalah sebuah bangsa yang katanya berpotensi dijajah Israel. Kita, bangsa Indonesia tahu betul bagaimana rasanya dibawah tekanan penjajah. Bagaimana mungkin kita melupakan kenangan pahit selama dijajah yang konon terjadi selama berabad-abad? Tentunya sebagai bangsa berbudi dan berluhur tinggi kita tidak ingin bangsa lain merasakan penderitaan yang sama. Untuk itu kita harus memiliki tindakan, contohnya seperti yang dilakukan pemuda-pemudi kota Padang ini. Sebuah tindakan nyata yang pasti berbuah, walaupun tidak cukup banyak namun diyakini mampu meringankan sebagian penderitaan rakyat Palestina.
Berbicara soal penjajahan, mungkin karena terlalu sibuk melihat ke arah luar sehingga kita lupa kalau bangsa kita sendiri juga sedang berada di bawah kekuasaan penjajah dan perlu diselamatkan segera. Perang juga sedang terjadi di dalam negeri kita. Perang melawan kemiskinan, kebodohan, dan yang paling booming  adalah perang melawan korupsi. Kapan saatnya kita berteriak dengan gagah berani, “save Indonesia, hancurkan koruptor” seperti yang dilakukan pemuda-pemudi ini? Kapan saatnya kita menggalang recehan sepanjang jalan untuk diberikan pada keluarga sendiri yang sedang bersusah menahan lapar? Kapan saatnya kita mengangkat kepala untuk membebaskan saudara-saudara kita yang harus menyiksa diri di negeri orang sebagai pembantu rumah tangga? Kapan saatnya kita menjunjung tinggi bendera merah putih sambil berarak-arakan untuk mendamaikan sekumpulan orang yang sedang dalam masa konflik di negeri kita sendiri?
Seandainya seperti ini semangat kita misalnya saja untuk berusaha membuka akhlak para koruptor, untuk membebaskan keluarga-keluarga di Indonesia dari kemiskinan, untuk menolong para TKI yang sampai menantang nyawa hijrah ke negeri orang, atau mungkin untuk keluarga kita di Papua sana yang sedang dalam masa sulit bahkan hampir melepaskan diri dari ibu pertiwi. Pastilah bangsa kita bisa menjadi lebih baik dan tentunya akan berpotensi lebih besar lagi dalam membantu bangsa lain yang sedang kesulitan.
Sekali lagi, tidak salah bila kita berempati pada teman sebelah yang sedang dalam masa sulit. Tapi bisakah kita juga menaruh empati itu pada keluarga sendiri? Mengapa menutup mata untuk suatu hal yang jelas-jelas ada di depan mata kita dan membuka mata lebar-lebar untuk suatu hal yang jauh dari jangkauan? Satu hal yang salah, ialah kita tidak menyadari sesungguhnya kita pun perlu diselamatkan dari yang bernama penjajah.
Inilah kita, bangsa teramat baik yang sangat peka terhadap penderitaan orang lain. Namun sangat disayangkan kepekaan itu lenyap bila dihadapkan pada kondisi bangsa sendiri. Inilah kita, bangsa teramat mulia yang sangat menjunjung tinggi kemerdekaan bangsa lain. Namun sangat disayangkan junjungan itu tidak berarti untuk kemerdekaan bangsa sendiri. Sungguh ironis, bahkan rakyat Palestina pun lebih patut memberi dukungan pada bangsa kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar