Bukit lampu
bukan sekedar bermanfaat bagi pemuda-pemudi yang diharapkan membangun bangsa,
tempat ini juga sangat berarti penting bagi penduduk sekitar. Banyak dari
penduduk yang menggantungkan hidup dari suasana surganya adam dan hawa
tersebut. Proses simbiosis mutualisme antar penduduk dan pemuda ini berjalan
dengan baik, bahkan sangat baik. Penduduk mendapat rezeki dan pemuda mendapat
seks edukasi alami.
Muda-mudi kota
Padang sepertinya lebih tertarik memadu kasih di tempat terbuka dibandingkan
dengan tempat yang memiliki privasi. Mungkin karena faktor materi, maklumlah
muda-mudi sekarang cerdas memahami kondisi negara yang sedang krisis keuangan.
Pastilah pemerintah bangga pada muda-mudi seperti ini yang mampu berpikir kreatif
untuk melakukan kegiatan prostitusi. Buktinya, pemerintah hanya diam-diam saja
melihat kegiatan ini berlangsung, bahkan mungkin di kursi empuk sana pemerintah
tersenyum manis melihat kehebatan anak bangsanya.
Ada dua
keuntungan sekaligus dari tempat ini bagi para pemuda. Pertama seperti yang
dijelaskan sebelumnya bahwa para pemuda bisa menghemat uang saku, dan yang
kedua adalah para pemuda bisa menikmati indahnya pemandangan yang patut dan
yang tidak patut. Mungkin standar kepatutan itu yang sudah luntur sehingga para
pemuda agak kesulitan membedakannya. Sepertinya Indonesia, bangsa yang
menjunjung tinggi nilai serta norma pancasila ini lupa menegaskan pada anak
bangsanya mengenai akhlak yang baik.
Begitu
semangatnya muda-mudi ini menumbuh-kembangkan jumlah penerus bangsa. Mereka
mungkin berpikir semakin banyak jumlah penduduk maka akan semakin besar peluang
tumbuhnya pahlawan bangsa masa depan. Bisa jadi pemerintah berpikiran sama
sehingga tempat-tempat seperti Bukit Lampu ini dibiarkan merajarela.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar