Malam ini
ketika dingin begitu jelas menusuk tulang. Diluar sana terdengar bunyi petasan
dan berbagai percikan kembang api. Orang-orang sibuk merayakan malam takbiran. Aku
dengan sebuah selendang coklat berdiam diri di kamar. Senandung lagu batak yang
ku putar berkali-kali ikut menemani.
“Betapa
romantisnya isi lagu ini. Pastilah mereka yang sedang jatuh cinta sangat cocok
untuk mendengarnya.”
Sebulan yang
lalu saudara laki-lakiku baru saja melangsungkan pernikahannya. Istrinya adalah
temanku waktu sekolah dulu. Pasangan muda yang sudah resmi dihadapan Tuhan ini sekarang
tinggal di rumah bersama orang tuaku, bersama keluargaku, bersamaku.
“Ahh...sungguh
iri melihat mereka berdua.”
Temanku itu
atau yang sekarang ku sebut kakak ipar melayani suaminya dengan baik. Mereka
bercengkrama, sungguh indah. Tiba-tiba aku terpikir sesuatu. “Andai dia masih
bersamaku mungkin takkan seiri ini melihat mereka.”
Setahun lebih
sudah ku lewati. Aku masih saja merindukannya. Seorang mahasiswa hukum yang keras kepala. Anak Medan yang berhasil mematahkan hatiku. Seorang pria yang masih ku anggap kekasih walau sudah bukan milikku.
Dorman
manik dan Rani Simbolon - Ho do mata mual i di au
Ho do mata mual i di ahu..
Ho do sasude dingoluki..
Unang tinggalhon ahu ito hasian
Holan ho do na di rohaki..
Ndang na boi be tarlupahon ahu..
Denggan ni basa mi da hasian..
Manang didia pe huingot do..
Padan naung tapuduni..
Reff :
Holong roham tu ahu..
Songoni do rohaki..
Dangna muba dangna mose i..
Tiop ma tanganhon..
Tapagomos ma ito..
Padan naung tapudun i..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar