Teringat saat perjalanan pulang dari Padang menuju Bukittinggi beberapa waktu lampau. Saat panas
bukan lagi halangan, bahkan bis kota yang bising pun terasa damai. Rasanya rela menunggu berjam-jam waktu keberangkatan. Menunggu bukan lagi menjadi sesuatu yang membosankan karna waktu itu aku tak sendri. Ahh..andai dulu lebih
pintar mengungkapkannya.
Sampai sekarang aku masih melakukan hal yang sama
"Menunggu!" Dalam diam aku
menangis sendirian, ya aku menunggu sendirian. Bukan saja membosankan, menunggu
berubah menjadi satu kata yang menakutkan. Kadang ku pikir aku telah sampai
dalam satu rasa bernama “putus asa”. Aku merasa lelah dan mensyukuri bila
memang benar aku telah berputus asa untuk menunggu. Namun aku menjumpai diriku
begitu kuat hingga tak mampu menciutkan nyali untuk berhenti menunggu. Terlihat
seperti aku sedang menyiksa diriku sendiri.
Tapi bukankah semua ada batasnya? Seharusnya semua memang memiliki batas, termasuk menunggu. Aku lelah. Aku
lelah. Aku lelah. Aku pun ingin memulai kisah yang baru. Tapi kenapa semua
kisah yang mencoba masuk dalam hidupku selalu dibayang-bayangi masa lalu? Aku bukan
sedang menunggu angkutan yang terlambat datang menjemput penumpangnya. Aku menunggu
sepasang tangan yang sangat aku rindukan. Bolehkah aku berhenti sekarang? Berhenti
menunggu hal tak pasti seperti ini. Ku mohon pergilah dari pikiranku dan tolong
doakan aku seperti aku selalu mendoakanmu agar bahagia dengan siapapun yang
menggantikan aku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar