Jumat, 13 Desember 2013

Ingin Sekali

Sebuah kisah sebahagia atau bahkan sepahit apapun pasti memiliki tempat tersendiri di hati kita. Sebuah kisah akan selalu berada pada tempatnya, takkan terhapus bahkan oleh waktu sekalipun. Kisah selalu menjadi hal yang abadi, ia tetap ada, akan selalu ada.

Aku tak tahu apakah dia masih mengenangku seperti waktu dulu, yang aku tahu bahwa saat malam itu melihatnya ada perasaan janggal di hatiku. Kediamannya, atau bolehkah aku sebut kebisuannya? Ya, aku pikir lebih baik aku sebut dia bisu agar berkurang sedikit rasa sakit di hati ini. Dia yang bisu itu masih saja bisu hingga kini. Ingin sekali menuntut sebuah penjelasan, tapi apalah gunanya.

Aku masih saja tak mengerti akan sikapnya ini. Kalau pun dia tidak berniat menjelaskan apa-apa, minimal jangan diamkan aku, banyak hal yang bisa dijadikan bahan pembicaraan. Kalau pun tak ingin membicarakan apa-apa, minimal bersikaplah biasa saja pada ku, jangan seolah-olah tak kenal, seolah-olah kita tak pernah memiliki kisah apa-apa. Bukankah kisah itu ada? Bahkan sampai sekarang kisah itu masih saja abadi. Hanya saja kisah itu sekarang bernama masa lalu.

Aku tak marah, sama sekali tak marah. Andai saja ada sedikit senyuman darinya, akan aku balas dengan tawa yang lebar. Aku tak lagi sedih, aku hanya bingung. Aku tak tahu harus bagaimana lagi menatapnya. Aku berusaha tak peduli, tapi selalu peduli. Ah!

Ingin sekali aku bertanya lagi, “Salahku apa?” tapi sepertinya dia sudah bosan dengan pertanyaan ini dan aku pun sudah bosan tidak mendapat jawaban.

Rabu, 11 Desember 2013

Tiba-tiba

TIBA-TIBA

Tugasku sungguh banyak. Menjelang UAS, seperti biasa kami dituntut oleh berbagai jenis tugas dari berbagai jenis mata kuliah dan dari berbagai jenis dosen yang sangat hobi memberi tugas tiba-tiba. Rasanya ingin cepat-cepat mengakhiri semua tugas-tugas yang sudah menumpuk ini dan segera merebahkan diri di atas kasur yang selalu menjadi sahabat sejatiku. Pikiranku dipenuhi dengan kata tugas, tugas dan tugas, tapi bukan hanya ini yang meyibukkanku sekarang.

Bayangkan, di tengah-tengah proses penyelesaian tugas yang sungguh melelahkan ini, tiba-tiba hatiku merayu pikiranku untuk memikirkan ini semuahal yang sebenarnya tidak perlu aku pikirkan. Akhirnya pikiranku ikut membujuk tanganku agar mau membantu menuliskan kolaborasi antara apa yang hatiku sedang rasakan dengan apa yang otakku sedang pikirkan. Maka, terjadilah tulisan initulisan yang aku harap akan dibaca oleh yang tepat.

Bukan satu atau dua kali aku terlibat dalam hubungan dua insan yang sedang merasakan ajaibnya perasaan kasih sayang─boleh jadi itu disebut cinta. Sayangnya, aku belum pernah benar-benar menjadi tokoh utama dalam kisah-kisah seperti ini─aku sedang membicarakan jenis kisah yang serius, bukan jenis kisah jaman ABG. Tapi, sungguh, baru kali ini aku ikut merasa bingung yang teramat sangat melihat kisah dua orang ini. Bahkan karena terlalu bingung aku sampai melakukan hal yang aku sebut konyol─menulis sebuah tulisan di tengah-tengah kesibukan membuat tugas. Tidak hanya bingung, dalam beberapa waktu entah mengapa tiba-tiba aku merasa sedih bila mengingat sang wanita dalam kisah ini.

Perlukah aku ceritakan bagaimana kisah mereka? Sepertinya bila aku ceritakan pun kalian tak akan mengerti perasaan bingung dan sedih yang aku rasakan ini. Karena mereka saja tak mengerti apa jenis hubungan yang mempersulit mereka itu, apa lagi aku yang hanya terlibat secuil dalam hubungan mereka, apa lagi kalian yang hanya mengetahui kisah ini lewat tulisanku. Mereka saja tak mengerti, begitu juga aku, pun kalian. Jadi, aku hanya akan berkeluhkesah disini. Tak akan ada cerita dalam tulisan ini, hanya keluhan, ungkapan perasaan, boleh jadi hanya akan ada pertanyaan besar. Jadi, pertimbangkanlah lagi sebelum kalian membaca lebih jauh tulisanku ini, karena disini kalian tak akan mendapat kisah menarik, lucu, apa lagi unik. Sekali lagi, tulisan ini hanya akan berisikan tentang aku dan pemikiranku.

Menurutku, sebuah kisah tidaklah harus dijadikan rumit walau juga bukan berarti semuanya bisa disederhanakan sesuka hati. Aku hanya merasa kesal bila ada hal yang sebenarnya bisa diungkapkan namun tak pernah diungkapkan hingga menjadikan semuanya rumit. Masalah perasaan─terutama bagi seorang wanita─adalah urusan yang sensitif. Sedikit saja tersentuh langsung berdampak ke berbagai aspek hidupnya. Tidak gampang bagi seorang wanita mempercayakan hatinya pada seorang pria, hanya dari kisah yang aku lihat, begitu gampang pria ini mengacuhkan perasaan seorang wanita. Aku kesal, benar-benar kesal dengan jenis pria seperti ini.

Diam? Pasrah? Berserah? Ah! Ini hal yang paling aneh menurutku dari kisah ini. Pria ini sungguh lucu, tak punya pendirian! Tak jelas apa maunya! Tidakkah dia berpikir kalau ada seseorang yang sedang menanti kepastian dari dirinya. Rasanya ingin sekali teriak keras-keras di telinganya, “WOI BANG, KOMUNIKASIKANLAH KE KAKAK ITU. JANGAN DIAM-DIAM AJA!”

Ah..rasanya akan lega bila sudah teriak di depan pria ini seperti itu. Aku masih tak mengerti mengapa orang ini lebih memilih diam walaupun dia sudah menjelaskan berkali-kali padaku. Menurutku, diam bukanlah solusi yang terbaik. Sungguh, tak sabar rasanya melihat orang yang hanya diam seperti ini. Tindakan! Dimana-mana semua orang butuh tindakan! Sampai kapan mau diam? Sampai ada waktu yang tepat? Ah! Kapan waktu yang tepat itu? Saat wanita itu sudah pergi? Ah! Ah! Sungguh kesal dibuatnya.

Apa aku yang kurang mengerti keadaan mereka? Entahlah! Yang pasti aku sangat membenci orang yang hanya memilih diam. Siapa bilang diam itu emas? Diam itu sama artinya dengan tak menyelesaikan apa-apa. Tiba-tiba emosiku naik berkali-kali lipat melihat kisah ini. Pada hal aku hanya penonton dalam kisah ini. Mungkin karena aku terlalu menjiwai kisah ini. Atau mungkin karena aku terlalu ingin belajar dari kisah ini. Entahlah.



Rabu, 25 September 2013

Meronta!



Jangan cabik lagi batin ini!
Aku ingin keluar dan mengakhiri
Kalian memang tidak pernah menahanku
Tapi pasungan itu tak pernah kalian lepaskan dariku
Kalian hanya bisa menuntut
Menuntut kesempurnaanku
Menuntut kelebihanku
Menuntut pengertianku
Tapi aku tak pernah bisa menuntut hal-hal menjengkelkan itu pada kalian
Kalian sebut ini wajar
Lucu sekali ketika wajar hampir mirip dengan ketidak adilan
Membuatku Ingin sekali menghajar
Aku teriakkan kata lelah pun, kalian takkan mendengar
Tanpa sadar air mata membuat semuanya semakin wajar

Selasa, 20 Agustus 2013

Malaikatku


Malaikatku...

Baru dua hari aku kembali menjalani aktivitas sebagai seorang mahasiswa tapi rasanya sungguh ingin kembali ke rumah, ingin memeluk malaikatku lagi. Ditengah-tengah kebisingan ini aku masih saja merasa sepi. Terkadang aku berpikir, “Ah, betapa manjanya aku.” Tapi sekarang aku tak mengapa disebut manja asal aku bisa bertemu malaikatku.

Aku benar-benar merindukannya. Rindu tangannya, rindu senyumnya, rindu omelannya, rindu semua yang ada padanya. Rasanya aku tak bisa apa-apa tanpanya. Aku rindu. Sungguh aku rindu malaikatku.


Senin, 19 Agustus 2013

Cara Dihidupku Belum Tentu Berhasil Dihidupmu


Selama liburan ini banyak pengalaman yang aku terima. Mulai dari yang pahit sampai pengalaman yang menyenangkan. Mulai dari kecelakaan yang menyebabkan kakiku harus di beri gips sampai pada perkenalan menyenangkan dengan orang-orang baru dihidupku. Satu hal yang cukup menarik, aku bertemu seseorang yang berbicara cukup panjang (O..O)

Seorang alumni USU jurusan Antropologi. Sejujurnya jurusan ini adalah salah satu jurusan yang sempat aku remehkan kala di bangku sekolah dulu. “Mahasiswanya pasti orang-orang yang asal-asalan kuliah.” Setidaknya inilah pemikiranku dulu—tanpa bermaksud menyinggung kawan-kawan dari jurusan serupa, semata-mata hanya ingin berlaku jujur. Setelah resmi menjadi seorang mahasiswa aku memperhatikan kawan-kawan dari jurusan ini. Sedikit demi sedikit pemikiran tadi berubah setelah melihat eksistensi mereka di lingkungan kampus. Pemikiran tadi semakin berubah setelah bertemu orang ini.

Beberapa minggu yang lalu saat aku mencelupkan diri dalam satu perkumpulan bernama Naposo HKBP Bukittinggi. Disini aku bertemu orang-orang gila dengan suara besar dari segala penjuru. Benar-benar menyenangkan melihat mereka apa lagi saat ikut bergabung bersama mereka. Rasanya enggan bila harus berpisah cukup lama dengan mereka saat masa kuliah nanti dimulai.

Perkumpulan ini membawaku berbincang-bincang dengan seseorang yang ku sebut “anak medan”. Beberapa kali bediskusi aku semakin yakin bahwa ternyata mahasiswa jurusan Antropologi sama sekali berbeda dari apa yang aku bayangkan dulu. Awalnya mulai dari diskusi—sebenarnya lebih tepat disebut debat—mengenai adaptasi orang-orang Medan di wilayah Sumatera Barat. Dalam diskusi (debat) itu aku merasa kalah. “Sepertinya orang ini cukup menguasai bidangnya”, pikirku.

Dalam kesempatan yang berbeda kami masih melakukan diskusi kecil-kecilan. Hingga entah dari mana awalnya orang ini bercerita mengenai keluarganya. Bagian-bagian tertentu dari ceritanya mirip dengan apa yang aku alami. Semakin lama mendengar ia berbicara semakin membuatku berhasrat untuk bertanya. “Berarti aku harus merantau jauh-jauh dulu biar bisa ngadapin orang keras, gitu ya bang?” Satu kalimat yang aku ingat dari jawabanya atas pertanyaanku, “Cara dihidupku belum tentu berhasil dihidupmu.” Kalimat yang aku ingat hingga kini. Aku berpikir ada benarnya juga perkataan orang ini.

Hidupku adalah hidupku, hidupmu adalah hidupmu. Bagaimana mungkin aku selesaikan permasalahanku dengan caramu, kita pasti punya cara masing-masing. Namun, terkadang aku merasa berat dalam beberapa bagian di hidupku hingga aku sulit menemukan sebuah cara, di saat seperti ini aku membutuhkan pertolongan dari orang lain untuk meminjamkan “caranya”. Ketika suatu masalah yang menyerang bagian terdalam di hidupku, yang berlaku hanyalah sebuah emosi, tidak ada logika. Disaat seperti ini aku pikir setiap manusia boleh meminjam atau lebih tepat meniru cara orang lain.

Selain merubah pikiranku terhadap orang-orang antropologi, beliau juga sedikit merubah pikiranku tentang anak medan.



Rabu, 07 Agustus 2013

Ho do mata mual i di au


Malam ini ketika dingin begitu jelas menusuk tulang. Diluar sana terdengar bunyi petasan dan berbagai percikan kembang api. Orang-orang sibuk merayakan malam takbiran. Aku dengan sebuah selendang coklat berdiam diri di kamar. Senandung lagu batak yang ku putar berkali-kali ikut menemani.

“Betapa romantisnya isi lagu ini. Pastilah mereka yang sedang jatuh cinta sangat cocok untuk mendengarnya.”

Sebulan yang lalu saudara laki-lakiku baru saja melangsungkan pernikahannya. Istrinya adalah temanku waktu sekolah dulu. Pasangan muda yang sudah resmi dihadapan Tuhan ini sekarang tinggal di rumah bersama orang tuaku, bersama keluargaku, bersamaku.

“Ahh...sungguh iri melihat mereka berdua.”

Temanku itu atau yang sekarang ku sebut kakak ipar melayani suaminya dengan baik. Mereka bercengkrama, sungguh indah. Tiba-tiba aku terpikir sesuatu. “Andai dia masih bersamaku mungkin takkan seiri ini melihat mereka.”

Setahun lebih sudah ku lewati. Aku masih saja merindukannya. Seorang mahasiswa hukum yang keras kepala. Anak Medan yang berhasil mematahkan hatiku. Seorang pria yang masih ku anggap kekasih walau sudah bukan milikku.

Dorman manik dan Rani Simbolon - Ho do mata mual i di au

 Ho do mata mual i di ahu..
 Ho do sasude dingoluki..
 Unang tinggalhon ahu ito hasian
 Holan ho do na di rohaki..

 Ndang na boi be tarlupahon ahu..
 Denggan ni basa mi da hasian..
 Manang didia pe huingot do..
 Padan naung tapuduni..

 Reff :

 Holong roham tu ahu..
 Songoni do rohaki..
 Dangna muba dangna mose i..

 Tiop ma tanganhon..
 Tapagomos ma ito..
 Padan naung tapudun i..

Rival


Sore ini ketika jari-jari jahilku sibuk mengotak-atik berbagai hal dalam dunia maya hingga sampai pada halaman blog pribadiku. Setelah melihat berbagai postingan lama sambil sedikit tertawa geli tiba-tiba mata ini—yang juga jahil—menengok ke sudut kiri atas. Disana tertulis sebuah nama “Rindang Mulia Rahmah” —salah satu members dari blog-ku dan juga salah satu sahabat terbaik selama aku menjejaki bangku perkuliahan.

Si tangan jahil langsung dengan sigap meng-klik halaman blog sahabatku itu. Dalam sekejap aku berubah menjadi stalker. Pelan-pelan aku baca apa-apa saja yang telah ditulis olehnya. Gadis melankolis asal Padang Panjang itu ternyata telah memenuhi blog-nya dengan berbagai curahan hati. Belum puas melihat tulisannya dibulan terakhir, aku terus menjejaki blog-nya hingga sampai pada tulisannya di waktu-waktu lampau.

Saat membaca tulisan-tulisannya bisa aku bayangkan gadis pecinta warna merah ini pastilah sangat bersahabat dengan hatinya karena semua yang ia curahkan dalam tulisannya sangat penuh dengan perasaan. Aku ingin seperti itu. Bukan sekadar melankolis, tapi aku ingin menjadikan ke-melankolisan-ku sebagai sebuah karya, karya yang layak diketahui dunia.

Wahai sahabatku bila nanti kau membaca tulisan ini—entah kapan pun itu—ketahuilah dirimu senantiasa aku jadikan pendorong semangatku dalam menulis. Kau rivalku, rival yang aku sayang :’)
“Suatu saat nanti aku berharap bisa menulis bersamamu.”







Senin, 05 Agustus 2013

Menunggu...


Teringat saat perjalanan pulang dari Padang menuju Bukittinggi beberapa waktu lampau. Saat panas bukan lagi halangan, bahkan bis kota yang bising pun terasa damai. Rasanya rela menunggu berjam-jam waktu keberangkatan. Menunggu bukan lagi menjadi sesuatu yang membosankan karna waktu itu aku tak sendri.  Ahh..andai dulu lebih pintar mengungkapkannya.

Sampai sekarang aku masih melakukan hal yang sama "Menunggu!" Dalam diam aku menangis sendirian, ya aku menunggu sendirian. Bukan saja membosankan, menunggu berubah menjadi satu kata yang menakutkan. Kadang ku pikir aku telah sampai dalam satu rasa bernama “putus asa”. Aku merasa lelah dan mensyukuri bila memang benar aku telah berputus asa untuk menunggu. Namun aku menjumpai diriku begitu kuat hingga tak mampu menciutkan nyali untuk berhenti menunggu. Terlihat seperti aku sedang menyiksa diriku sendiri.

Tapi bukankah semua ada batasnya? Seharusnya semua memang memiliki batas, termasuk menunggu. Aku lelah. Aku lelah. Aku lelah. Aku pun ingin memulai kisah yang baru. Tapi kenapa semua kisah yang mencoba masuk dalam hidupku selalu dibayang-bayangi masa lalu? Aku bukan sedang menunggu angkutan yang terlambat datang menjemput penumpangnya. Aku menunggu sepasang tangan yang sangat aku rindukan. Bolehkah aku berhenti sekarang? Berhenti menunggu hal tak pasti seperti ini. Ku mohon pergilah dari pikiranku dan tolong doakan aku seperti aku selalu mendoakanmu agar bahagia dengan siapapun yang menggantikan aku.


Kamis, 25 Juli 2013

Hujan


Hujan.... Ijinkan aku memakaimu untuk melukiskan seperti apa dia. Kamu seperti hujan. Saat hujan sore ini turun aku seperti melihatmu. Bukan! Bukan hanya hujan sore ini yang mengingatkanku tentangmu. Hujan tampak seperti kamu tiap kali dia menyapa bumi lewat titik-titik airnya. Tahukah kamu hujan selalu begitu, datang kemudian pergi. Sebentar menyejukkan sebentar membiarkanku kering...meninggalkanku sendirian. Kamu selalu seperti itu. Menghampiri lalu melambaikan tangan tanpa perasaan bersalah. Diantara butiran hujan ku selipkan kata kecewa.




Rabu, 01 Mei 2013

Biar ku tuliskan semua ini, sekadar menghilangkan rinduku pada seseorang...


Kecewa...sudah hal yang biasa buatku. Namun, sekalipun itu hal yang biasa bagi seluruh orang di dunia, kecewa tetaplah kecewa. Kecewa tetaplah menyakitkan...

Sore itu, kala aku dikecewakan oleh  sesuatu yang menolakku. Ada seseorang datang dari masa lalu, begitu cepat hingga aku tak tahu bagaimana caranya dia muncul di hadapanku. Aku hanya tahu dia bukanlah seseorang yang aku harapkan, sama sekali bukanlah seseorang yang aku inginkan.

Bintang malam yang tertutup awan ditemani rintik hujan, begitu dingin. Dua orang berjalan bersama, entah apa yang mereka pikirkan. Mereka terus berjalan tak menghiraukan dingin yang semakin membalut tulang. Bukan suatu perbincangan yang penting, hanya saja mereka terus bercakap-cakap tak peduli kiri dan kanan.

Perjalanan panjang namun tak melelahkan. Entah keajaiban apa yang terjadi pada diriku waktu itu. Semua masalahku, keluh kesahku, sedihku bergangti menjadi ria. Aku bertemu sesuatu yang dulu ku benci, namun sekarang dia menjadi sesuatu yang ku namai bintang.

Bintang tetaplah bintang, selamanya dia akan berada di langit. Dia selalu berada jauh dan takkan bisa ku capai apa lagi ku miliki. Aku hanya bisa menatap dan cemburu pada langit yang selalu memiliki bintang. Ya...aku cemburu! Apa hebatnya langit? Dia memiliki banyak bintang, mengapa dia tak membiarkan aku memiliki satu bintang yang sekarang sedang ku rindukan? Aku pun bisa menjaga bintang itu, mengapa langit tak membiarkanku?

Aku dan keegoisanku kecewa pada bintang yang tak berbuat apa-apa terhadap langit. Aku ingin bintang menemuiku. Hanya dengan mengatakan tak pernah dia merindukan langit sudah cukup bagiku. Haruskah ku teriakkan inginku ini? Begitu jauh kah kita hingga kamu tak mengerti mauku?



Senin, 15 April 2013

Rahasia Bintang ^o^

Ku petik bintang untuk kau simpan
Cahayanya tenang berikan kau perlindungan
Sebagai pengingat teman dan juga sebagai jawaban semua tantangan
–Sheila on 7

Aku hanya seorang gadis pengagum bintang. Merasa bintang itu anggun dan tak pernah jemu aku memandangnya. Andai setiap malam dapat ku lihat sosoknya yang elok, andai setiap malam bisa ku raih dan ku taruh dia di dekatku, andai aku dan dia bisa selalu bergandengan di atas langit.

Suatu hari aku bertemu sebuah bintang. Terang namun tak menyilaukan dan tenang namun tak membosankan. Jelas bukan langitnya yang indah, kali ini bintang yang menjadi pemeran utama. Sebuah bahan sempurna untuk dirindukan, kamu bintang.

Tahukah kamu...aku menemukan sebuah bintang, harta karun yang akan ku jadikan rahasia.



Rabu, 10 April 2013

The Stoning of Soraya M




How can you do this to me?
I’m your neighbor...your mother...your daughter...your wife...
How can you do this to anybody?

“The Stoning of Soraya M”, sebuah film yang berkisah tentang seorang wanita—perasaannya, kesakitannya, amarahnya, ketegarannya, sedihnya, harga dirinya dan perjuangannya. Dia adalah wanita bagi negerinya, anak bagi ayahnya, istri bagi suaminya dan ibu bagi anak-anaknya ketika hukuman itu harus menimpanya.

Banyak hal dalam film ini yang aku yakin dapat membuat kalian—para wanita bahkan laki-laki—meneteskan air mata. Tentu saja bukan hanya kesedihan, pelajaran moralnya yang menjadikan film ini serasa sempurna.

Diangkat dari kisah nyata, kehidupan seorang wanita negeri Iran. Cyrus Nowrasteh, sang sutradara berhasil membawaku masuk ke dalam sebuah perasaan yang entah bagaimana caraku untuk menamai perasaan itu. Aku dibuat marah, haru, benci, sakit dan masih banyak lagi. Hatiku seperti diaduk-aduk saat menyaksikan semua yang terjadi pada wanita ini.

Berkisah tentang Soraya, ibu 4 orang anak yang memiliki suami bejat. Berawal dari nafsu sang suami yang ingin menikahi seorang gadis 14 tahun sehingga membuatnya ingin mengakhiri perjalanan rumah tangga bersama Soraya. Pertama kali sang suami melakukan jalur persuasif, melalui Sheik Hassan, Soraya dibujuk agar menceraikan suaminya setelah itu menikah dengan dirinya. Namun Soraya menolak karena memikirkan nasib anak-anaknya nanti. Kehabisan akal, sang suami pun memutuskan untuk memfitnah Soraya melakukan zinah degan Hashem, seorang duda di negeri itu. Akhirnya Ebrahim, pimpinan adat mereka memutuskan untuk menghukum Soraya sesuai dengan ajaran Islam, yaitu hukum rajam.

Don't act like the hypocrite
Who thinks he can conceal his wiles
While loudly quoting the Koran
-Hafez, 14th Century Iranian Poet

Tidak bisa berbuat apa-apa, Soraya hanya mampu pasrah karena pembelaan yang dilakukannya sia-sia. Zahra, bibi Soraya telah berusaha sekuat mungkin agar Ebrahim membatalkan hukuman tersebut. Namun, mereka—suami Soraya dan Sheik Hassan—mengatasnamakan keadilan hukum dalam Islam sehingga Soraya memang harus dirajam.

Fim ini menyadarkanku tentang ketidakadilan, dimana seorang wanita sangat rentan untuk dinyatakan bersalah walau dengan pembuktian yang tidak kuat. Dosa—ditekankan pada zinah—adalah satu kata yang sangat sering dikaitkan dengan wanita. “Seorang pria tidak mungkin melakukan zinah bila bukan si wanita yang memulai”, setidaknya inilah bentuk pembelaan yang sering dilakukan orang-orang diluar sana.


Aku ingat betul saat suami Soraya memukulinya dijalanan sambil meneriaki Soraya dengan sebutan “perempuan jalang”. Tidak satupun diantara orang-orang itu—masyarakat yang menyaksikan—yang menolong atau hanya sekadar menghentikan perbuatan sang suami sampai akhirnya Zahra datang dan berusaha membawa Soraya pulang. Dihadapan Ebrahim, dengan sangat yakin Soraya membatah tuduhan zinah atas dirinya, namun tak satupun dari kata-kata Soraya yang dipercayai Ebrahim.

Ebrahim hanya mampu mempercayai segala fitnah tersebut karena Soraya tidak memiliki saksi untuk membuktikan dia tidak bersalah. Satu lagi pelajaran yang aku ambil dalam film ini, bahwa seorang pemimpin janganlah mengambil keputusan dengan hanya melihat apa lagi hanya mendengar sebuah kejadian. Dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin adalah perpanjangan tangan Tuhan sehingga keputusan itu mestinya diambil sesuai dengan apa yang Tuhan sampaikan padanya.

Dalam film ini, sebenarnya Ebrahim ragu akan keputusan yang telah di ambil. Saat Ebrahim benar-benar akan menjatuhkan hukuman rajam pada Soraya, dia berdoa, “Tuhan bila keputusan yang aku ambil ini salah, tolong beri aku pertanda.” Saat hukuman rajam itu akan berlangsung, sebenarnya Tuhan menjawab doa Ebrahim. Banyak pertanda untuknya, pertama, datang sebuah grup sirkus saat Soraya akan mulai dilempari batu. Kedua, saat ayah Soraya—orang yang pertama kali harus melemparkan batu pada Soraya—melemparkan batu ke arah Soraya, satu batu pun tidak ada yang mengenai Soraya. Sampai disini Ebrahim masih belum peka juga terhadap tanda yang Tuhan beri. Sampai akhirnya ad seorang wanita yang berbicara lantang, “Tidakkah kau lihat itu Ebrahim? Itu pertanda dari Tuhan bahwa Soraya tidak bersalah.” Namun Ebrahim tetap tidak mengacuhkan pertanda itu, ia terus mempertahankan keputusan yang diambilnya hanya melalui apa yang dilihat dan didengarnya tadi.

Hal seperti ini sering terjadi pada manusia. Saat dia meminta sesuatu pada Tuhan, sebenarnya Tuhan telah memberi apa yang manusia itu pinta, hanya saja manusialah yang sering tidak peka terhadap pemberian Tuhan.

Yang membuatku meneteskan air mata pertama kali dalam film ini adalah ketika Zahra berusaha mendamaikan hati Soraya yang sedang berhadapan dengan maut di depan mata. Aku ingat perkataan Soraya yang kira-kira begini, “Aku tidak akan menangis untuk membuktikan bahwa aku tidak bersalah.” Seorang wanita yang tegar dan kuat.

Saat Soraya akan delimpari oleh batu, aku seperti dibawa masuk kedalam kehidupannya. Film ini sungguh berhasil menguras emosiku. Tatapan mata Soraya seperti mengisyaratkan bahwa bukan kesakitan fisik yang sedang ia hadapi, tapi batinnya yang terluka. Bagaimana mungkin seorang ayah tidak mempercayai anak perempuannya sendiri dan akan segera melemparkan batu pada anaknya. Bagaimana mungkin seorang suami memfitnah istrinya sendiri hanya demi menikahi gadis 14 tahun. Bagaimana mungkin anak laki-lakinya tega melihat maut yang akan menjemput ibu yang melahirkannya bahkan ia melibatkan diri dalam kematian itu. Tak bisa aku bayangkan perasaan seperti apa yang membunuh Soraya waktu itu.

Menurutku film ini bukan mengajarkan tentang ajaran suatu agama tertentu, film ini mengajarkan bagaimana manusia menyalahi ajaran agama dengan memanfaatkan ajaran itu demi kepentingannya. 

Kisah yang sangat menarik dan layak diketahui oleh dunia.





Senin, 08 April 2013

Cara Tuhan


Malam ini saya teringat sebuah film yang sebenarnya sudah lama saya tonton, berjudul “Nuh New York”. Kira-kira dalam film tersebut dikatakan begini, “Saat orang berdoa meminta kesabaran, apa Tuhan akan memberi mereka kesabaran atau memeberi mereka peluang untuk menjadi sabar?” Dari kata-kata ini saya berkesimpulan bahwa Tuhan tidak memberi sesuatu yang instan pada umat-Nya, Ia mau saya (kita) belajar dari cara-cara spesial yang Dia berikan.
Baru-baru ini saya berbincang-bincang dengan salah seorang kakak senior. Dari hasil perbincangan itu saya menjadi paham bahwa hanya orang lemah yang mengharapkan mujizat turun, tetapi orang yang kuat biasanya akan lebih menginginkan sebuah proses dalam mendapatkan suatu pencapaian yang dia mau. Tuhan tidak ingin saya (kita) menjadi manja, Dia ingin saya (kita) menjadi orang yang kuat dan tahan banting, karena itu Ia membiarkan kita menikmati proses dalam pencapaian keinginan kita.
Hal ini terasa betul dalam hidup saya pada saat sekarang ini. Dalam setiap doa saya selalu meminta agar Tuhan merombak karakter saya dan menjadikan saya orang yang dewasa. Selama ini saya adalah orang yang kekanak-kanakan, memiliki emosi yang kurang stabil dan sulit menjadi sabar. Namun sekarang saya diperhadapkan dengan seorang teman yang memiliki karakter hampir sama dengan yang saya miliki. Sehingga saat saya berhadapan dengan dia, saya merasa seperti sedang bercermin. 
Saya sungguh bersyukur dipertemukan dengan teman yang seperti ini. Karena melaui dia saya menjadi belajar memahami perasaan orang lain saat berhadapan dengan sifat buruk yang saya miliki selama ini. Melalui dia juga saya menjadi belajar untuk mengubah karakter saya sedikit demi sedikit ke arah yang lebih baik.
Saat kita berdoa meminta sesuatu, Tuhan memang tidak akan memberikan langsung secara gamblang. Tuhan ingin agar kita menikmati proses dalam meraih apa yang kita minta itu. :)

Minggu, 07 April 2013

Mati!


Bukan ragaku yang sakit tapi hati ini yang hampir mati
Rasa bingung ini kemana harus ku adukan?
Aku sendiri, merasa sendiri
Mereka ada tapi tak pernah tampak, tak pernah mengerti
Mereka hanya sebatas bayang-bayang yang selalu menuntutku menjadi sempurna
Aku hanya orang biasa yang tak mampu berpikir lebih dari ini
Aku butuh diajari bukan dimarahi
Bukan karena aku tak ingin mendengar mereka
Tapi hati ini sudah tak sanggup menampung tiap kata yang mereka hamburkan
Terkadang mereka muncul hanya sekadar untuk menjatuhkan
Dan saat aku butuh untuk dibangkitkan...
Mereka hilang!
Pergi saja!
Lebih baik aku sendiri!
Biarkan aku sendiri!


Sabtu, 06 April 2013

Tentang Kamu


Ada seseorang disini, kini sedang mengacak-acak hatiku
Bukan karena dia hebat bisa menemukan celah kosong di hati ini
Bukan karena dia memiliki sesuatu yang bisa membuat jantungku berdebar seperti saat bersamamu
Bukan karena dia hadir sebagai satu-satunya orang yang aku inginkan
Tapi karena kebetulan dia mempertemukanku dengan kenangan masa lalu saat bersamamu
Aku bersama dia tapi bukan tentang kami
Bagiku ini semua masih tentangmu
Ahh...apa salah dirinya sampai ku jadikan dia tempatku untuk melihat dirimu?
Andai saja dia adalah kamu


Rabu, 03 April 2013

Bintang


Dulu kita pernah bersama menatap bintang di bawah langit yang berbeda
Tidakkah kau lihat kini banyak bintang terserak di langit sana, sama seperti waktu dulu ketika kita menatapnya bersama
Bintang-bintang itu kini menatap ku sinis, seolah-olah aku tak pantas lagi menikmati keindahannya
Apa kabarmu?
Apa masih sama seperti dulu, waktu pertama kali kau menatapku?
Apa masih sama seperti dulu, waktu pertama kali kau runtuhkan penjagaan hatiku?
Mungkin sudah berbeda, kau dan duniamu
Kini aku bukan lagi menjadi bagian dari setiap langkah yang kau goreskan
Jauh... 


Senin, 18 Maret 2013

Sapu Tangan



Hiruk pikuk, kita berada di tengahnya...
Mereka tertawa riang...
Mereka bersenda gurau...
Mereka bahagia...di dalamnya ada kita...
Tak ada luka...
Tak ada duka...
Membayangkan akan melihat setetes air mata pun tidak...
Waktu itu kau dan aku berdua...
Sehelai sapu tangan milikmu menyeka wajahku...
Menghapus semua marah, benci dan sedih...
Hari itu aku ikut tertawa bersama mereka...bersamamu...




Sabtu, 16 Maret 2013

Cinta Pertama



Kamu..
Kamu adalah seseorang yang pertama kali aku tatap dengan cara berbeda
Kamu..
Kamu yang pernah singgah disini, di sebuah langit penuh tawa bintang
Kamu..
Kamu adalah seseorang yang memberitahuku betapa indahnya rintik hujan
Kamu..
Kini kamu mengingatkanku kembali dengan sejuknya tiap tetesan air dari langit
Sebuah tangan yang tak pernah menggenggam...
Sebuah tagan yang tak pernah kugenggam...
Langit itu masih sama...
Aku dan kamu tetap berada dibawahnya hingga hujan berhenti...

Kamis, 14 Maret 2013

Pulau Hujan



Aku terdampar di sebuah hati.
Bukan! Bukan suatu hal yang mustahil bila aku bisa menepi.
Jika cinta bukan untukku, lantas mengapa aku hanya diam?
Bukankah berlari untuk meraihnya jauh lebih menyenangkan?
Tapi ternyata aku lebih menikmati duduk diam dan hanya memperhatikan cinta itu lenyap.
Seketika cinta itu hilang aku masih disini duduk dengan tenang.
Hal yang bodohkah?
Bagaimana bila cinta itu benar-benar lenyap?
Mungkin selamanya aku takkan bertemu.
Tapi ada satu yang aku punya dan akan selalu aku genggam.
Kenangan!
Hatiku berkata tidak semua dari cinta itu akan lenyap.
Ia akan menyisakan sebuah kenangan.
Aku lebih memilih berdamai dengan cinta itu dan bersahabat dengan kenangannya.
Karena cinta masa lalu takkan pernah berubah.
Aku dan dia akan terikat selamanya.



Selasa, 12 Maret 2013

Statistik Ilmu Sosial Versi Rotria :D


Statistik Ilmu Sosial


Pengertian
Satistik merupakan rekapitulasi fakta berbentuk tabel atau diagram yang mendeskripsikan suatu permasalahan. Dengan kata lain, fungsinya adalah unutk mengukur atau sebagai perwakilan dari sekolompok fakta. Sedangkan statistika adalah ilmunya, yaitu proses pengumpulan informasi, pengolahan dan penarikan kesimpulan.
Selain itu statistik juga berfungsi unutk:
1.       Komunikasi
2.       Deskripsi (menyajikan dan mengilustrasikan data)
3.       Regresi (meramalkan)
Landasan kerja statistik:
1.       Variasi (biasanya berdasarkan tingkatan atau jenis)
2.       Reduksi (mengukur hanya sebagian atau seluruh kejadian)

3.       Generalisasi (walaupun penelitian dilakukan terhadap sebagian data yang mewakili saja, namun kesimpulannya diperuntukkan bagi keseluruhan data secara umum)
Karakteristik statistik:
1.       Statistik bekerja dengan angka
2.       Statistik bersifat objektif
3.       Statistik bersifat universal

Data dan Skala
Data merupakan bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi dan keterangan, baik berupa kualitatif maupun kuantitatif yang akan menunjukan fakta.
Perolehan data harus relevan (berkaitan dengan masalah) dan mutakhir (data masih hangat dibicarakan). Jenis data:
1.       Kualitatif: berdasarkan persepsi orang (bersifat subjektif), data didapat lewat wawancara, memiliki kategorisasi dan karakteristik, datanya diangkakan dalam bentuk ordinal atau rangking
2.       Kuantitatif: bersifat objektif, wujudnya dalam bentuk angka-angka.
Jenis skala:
1.       Skala nominal
Merupakan bentuk paling sederhana, disusun menurut jenisnya, identik menggunakan simbol (tidak menggunakan rangking).
Ex: jenis kulit, jenis pekerjaan, jenis jurusan
2.       Skala ordinal
Skala ini didasarkan pada rangking.
Ex: rangking kelas, tingkat prestasi kerja, kepangkatan pekerjaan
3.       Skala interval
Menunjukkan jarak antara data yang satu dengan data lainnya dengan bobot yang sama.
Ex: setuju...tidak setuju...sangat tidak setuju...
4.       Skala ratio

Pengukuran yang memiliki nilai nol mutlak dan jarak yang sama.
Ex: umur manusia

Jenis skala lainnya:
1.       Skala likert
Untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang tentang fenomena sosial. Biasanya diberi skor pada setiap pernyataan yang disediakan.
Ex: 1. Setuju 2. Kurang setuju 1. Tidak setuju
2.       Skala guttman
Tipe ini menuntut jawaban yang lebih tegas dari responden.
Ex: *yakin-tidak *benar-salah *negatif-positif
3.       Skala diferensial
Bedanya dengan likert/guttman adalah, datanya berupa interval.
Berisikan karakteristik bipolar (2kutub).
Ex: *panas-dingin *baik-tidak baik
4.       Rating scale
Bila likert/guttman/diferensial-semantik merupakan data kualitatif yang kemudian dikuantitatifkan, maka rating scale berbeda. Rating scale merupakan data yang langsung berupa kuantitatif karena responden akan menjawab dalam bentuk angka.

Populasi dan Sampel
Populasi berdasarkan sifat ada 2, homogen dan heterogen. Sampel merupakan bagian dari populasi. Kenapa menggunakan sampel? Yaitu agar lebih memudahkan peneliti karena jumlah sampel lebih sedikit, sampel juga lebih efisien karena bisa menghemat tenaga, uang dan waktu peneliti. Selain itu dengan menggunakan sampel pengumpulan data lebih teliti dan cermat, serta dengan menggunakan sampel penelitian menjadi lebih efektif.
Teknik pengambilan sampel:
A.      Probability sampling
1.       Simple random sampling
2.       Proportionate stratified random sampling
3.       Dispropotionate stratified random sampling
4.       Area sampling
B.      Non-probability sampling
1.       Sampling sistematis
2.       Sampling kuota
3.       Sampling aksidental
4.       Purposive sampling
5.       Sampling jenuh
6.       Snowball sampling

Rumus Mengukur Sampel


1.       Rumus Frank Linck
             



N= populasi
z= nilai variabel normal (1,96) untuk 95% tingkat kepercayaan dan (2,54%) untuk 99% tingkat kepercayaan.
P= harga patokan tertinggi (0,50)
d= sampling error (0,1) atau (10%)


2.       Rumus Al-Rasyid        

    

   BE= bound of error (10%)
   a= tingkat kesalahan (0,05)

= 99,0025  


           
     n = 
   
     e= nilai kritis (10%)